Jumat, 22 November 2024

Khofifah Pimpin Misi Dagang Jatim-Sulut untuk Tekan Laju Inflasi Daerah

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Khofifah saat meninjau misi perdagangan antara Jawa Timur dan Sulawesi Utara di Manado, Kamis (25/8/2022). Foto: Humas Pemprov Jatim

Misi dagang dan investasi menjadi opsi bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mengungkit neraca perdagangan dan kerja sama strategis antar daerah. Program tersebut juga dinilai menjadi harapan bagi daerah untuk mengendalikan laju inflasi.

Hal tersebut diungkapkan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur saat memimpin gelaran Misi Dagang dan Investasi antara Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

Khofifah mengatakan, ini sesuai arahan Gubernur Bank Indonesia yang menyebut bahwa laju inflasi bisa dikendalikan melalui peningkatan kerja sama antar daerah.

“Sebelum arahan ini muncul, Jatim sudah keliling. Kita terus gerilya untuk memperkuat kerjasama antar daerah melalui misi dagang sejak tahun 2019,” ungkap Khofifah, saat berada di Sulawesi Utara, Jumat (26/8/2022).

Selama misi dagang ini dilaksanakan, Khofifah mengakui adanya antusiasme yang kuat baik dari pelaku usaha maupun pembeli. Antusiasme juga tampak dalam misi dagang dan investasi di Kota Manado Sulawesi Utara ini.

Dalam misi perdagangan yang digelar sejak kemarin, Kamis (25/8/2022), transaksi dibuka sekitar pukul 09.00 WITA dengan serangkaian perkenalan pedagang kedua provinsi serta peragaan busana tenun dan batik Jatim dan Sulut.

Sementara pembukaan dilakukan pada pukul 11.45 WITA dengan ditandai pemukulan alat musik khas Sulawesi Utara berupa Tambor oleh Khofifah dan Steven Kandouw Wagub. Kemudian, delapan jam berikutnya pukul 18.00 WITA transaksi ditutup dan tercatat total 40 transaksi mencapai Rp159 miliar.

Dalam misi dagang kali ini, Khofifah membawa 38 pelaku usaha asal Jatim untuk memasarkan hasil usahanya. Antara lain produk tas anyam, produk tile (granit dan keramik), batik tulis, jasa kepelabuhanan, olahan ikan, olahan kopi dan cokelat, beragam produk holtikultura dan sebagainya.

Sementara dari Provinsi Sulawesi Utara menghadirkan sebanyak 100 pelaku usaha yang bergerak di berbagai bidang. Antara lain olahan ikan atau frozen food, arang batok kelapa, rempah, produk holtikultura, gula aren, sarang burung walet dan masih banyak lagi.

“Tahun 2021 kita sempat mengalami defisit perdagangan eksport luar negeri karena kelangkaan kontainer, sehingga ekspor ke luar negeri Jatim agak terhambat. Namun di tahun yang sama, tahun eraca perdagangan antar daerah surplus Rp233,02 triliun,” jelas Khofifah.

“Sedangkan pada semester I tahun 2022, neraca perdagangan Jatim dengan antar provinsi dan pulau telah mencapai Rp151 triliun,” imbuhnya.

Dari misi perdagangan tersebut, Khofifah melihat besarnya potensi yang harus dimanfaatkan antar masing-masing daerah se Indonesia. Sebab jika tidak, maka pasar akan dibanjiri produk luar negeri sementara produsen lokal memiliki kemampuan untuk memenuhinya.

Sebagai informasi, berdasarkan data BPS catatan transaksi perdagangan antara Jatim dan Sulut ditahun 2021 mencapai total nilai Rp1,75 triliun.

Dengan rincian nilai muat (Jatim ke Sulut) sebesar Rp1,45 triliun dan nilai bongkar (Sulut ke Jatim) sebesar Rp300,45 miliar. Dari transaksi ini, neraca perdagangan Jatim atas Sulut mengalami surplus sebesar Rp1,15 triliun.

Adapun barang yang diminati oleh Provinsi Sulut dari Jatim adalah Minyak bahan bakar, Cerutu dan Sigaret, Buah Apel, Perhiasan dan Aksesoris, Jeruk Pamelo,Anggur, Sepeda Motor, Daging dan Telur Ayam, Minyak Goreng, dan sebagainya.

Sedangkan barang yang diminati Provinsi Jatim dari Sulut adalah Briket batubara, Ikan hidup, Kayu gelondongan dari pohon bukan jenis konifera, Ikan beku, Biji Pala, Bunga Pala, Kapulaga, Getah Alam, Kacang-kacangan, dan lain-lain.(wld/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs